Penulis : Rosemarie Tong
Penerbit : Westview Press
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 401
Kelompok feminis radikal mengklaim bahwa satu-satunya cara untuk menciptakan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki adalah dengan cara menghilangkan atau meniadakan konsep seks/ gender. Gagasan atau cara untuk mewujudkan kondisi masyarakat tanpa gender pun beragam. Shulamith Firestone, misalnya, mengusulkan agar reproduksi alami (in utero) digantikan dengan reproduksi buatan (ex utero) sehingga perempuan tidak perlu memainkan identitas sebagai ibu dan berperilaku feminin, begitu pula laki-laki tidak perlu memainkan peran sebagai bapak dan berperilaku maskulin. Gagasan lain adalah menciptakan kesadaran antara laki-laki dan perempuan bahwa tidak ada hal lain yang membedakan mereka, kecuali jenis kelamin keduanya. Pertanyaannya, suatu kondisi masyarakat yang gender-less, apakah memungkinkan?
Buku Feminist Thought, khususnya pada bab dua, membahas mengenai pandangan kelompok feminis radikal yang terbagi menjadi dua kubu, yakni feminis radikal libertarian dan feminis radikal kultural. Bab ini membahas secara spesifik pandangan kedua kubu terhadap peran gender, seks, hingga fungsi reproduksi perempuan. Namun, pada tulisan ini akan lebih banyak mengulas tentang pandangan feminis radikal libertarian dan feminis radikal kultural terhadap gender; keduanya sama-sama berpendapa bahwa akar dari penindasan perempuan adalah sistem gender yang diciptakan oleh masyarakat patriarkal. Satu-satunya cara untuk menghilangkan penindasan tersebut adalah dengan meniadakan seksisme dari sistem gender itu sendiri. Namun, kedua kubu ini menyuarakan pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana melawan seksisme.
Untuk memahami pandangan feminis radikal libertarian dan radikal kultural secara lebih mendetail, maka perlu dipahami terlebih dahulu apa yang disebut sebagai seks/gender. Mengacu pada definisi Gayle Rubin, seks/gender adalah seperangkat pengaturan yang dibentuk oleh masyarakat untuk menentukan aktivitas manusia berdasarkan seksualitas atau kondisi biologis jenis kelamin tertentu. Contohnya, masyarakat patrialkal menggunakan fakta-fakta tentang kondisi biologis (kromosom, anatomi, hormon) laki-laki dan perempuan sebagai dasar membangun identitas dan perilaku gender maskulin untuk laki-laki serta identitas dan perilaku gender feminin untuk perempuan. Masyarakat patrialkal menggunakan peran gender yang kaku untuk membuat laki-laki menjadi pihak lebih aktif dengan sifat-sifat mereka yang digambarkan ulet, agresif, ingin tahu, ambisius, penuh dengan rencana, bertanggung jawab, orisinal, serta kompetitif. Sementara perempuan tetap pasif dengan memiliki sifat penyanyang, patuh, penuh simpati, ceria, baik hati, serta ramah. Dengan kata lain, ideologi patriarki membesar-besarkan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, memastikan bahwa laki-laki memiliki peran dominan atau maskulin dan perempuan selalu memiliki peran subordinat atau feminin.
Masyarakat patrialkal memiliki keyakinan bahwa konstruksi maskulin-pria serta feminin-wanita yang demikian terbentuk secara alami. Oleh karenanya, meniadakan atau menghancurkan sistem seks/gender demi menciptakan kondisi masyarakat baru di mana laki-laki dan perempuan setara di setiap tingkat kehidupan, merupakan salah satu cita-cita dari feminis radikal.
Salah satu tokoh feminis radikal libertarian, Shulamith Firestone dalam bukunya The Dialectic of Sex, menawarkan gagasan untuk menghilangkan sistem gender yang diciptakan oleh masyarakat patriarkal. Menurut perkiraannya, dibutuhkan lebih dari sekedar reformasi sederhana untuk membebaskan tidak hanya perempuan dari kepribadian feminin, tapi laki-laki dari kepribadian maskulin. Caranya adalah dengan revolusi biologis melalui penggantian reproduksi alami (dalam rahim) menjadi reproduksi buatan (di luar rahim). Dengan kata lain, perempuan tidak perlu lagi bereproduksi dengan mengandung anak dan fungsi reproduksinya tersebut digantikan dengan rahim buatan. Firestone mengklaim bahwa cara ini membuat laki-laki dan perempuan tidak perlu menampilkan identitas serta kepribadian yang selama ini terbentuk secara sosial. Dibebaskan dari peran gender di tingkat biologis, membuat perempuan tidak harus pasif, reseptif, serta rentan. Laki-laki juga tidak harus mendominasi dan merasa memiliki tugas untuk menjaga roda prokreasi manusia berputar. Sebaliknya, laki-laki dan perempuan akan didorong untuk memadukan dan mencocokan sifat serta perilaku feminin dan maskulin, yang kemudian kombinasi ini disebut sebagai androgini.
Androgini, menjadi kata kunci atau solusi yang ditawarkan oleh kelompok feminis radikal libertarian untuk persoalan seksisme. Feminis radikal libertarian mendorong perempuan untuk menjadi orang androgini, yaitu orang yang memiliki karakteristik sifat-sifat baik maskulin dan sifat-sifat baik feminin, atau sifat baik-buruk maskulin serta baik-buruk feminin. Masyarakat terbaik versi feminis radikal libertarian adalah masyarakat androgini, di mana baik laki-laki maupun permepuan merangkul nilai-nilai historis feminin dari cinta, kasih sayang, dan berbagi dengan nilai-nilai historis maskulin yakni penuh kontrol, terstruktur, juga posesif. Meski begitu, integrasi subkultur maskulin dan feminin harus dilakukan dengan hati-hati serta harus dievaluasi secara menyeluruh. Misalnya, sifat-sifat buruk dalam feminin seperti kepatuhan (yang berlebih) atau sifat buruk dalam maskulin seperti agresivitas tidak boleh ikut serta ke dalam androgini.
Pandangan androgini ini pun dikritik oleh kubu feminis radikal lainnya, yakni feminis radikal kultural. Tidak seperti radikal liberal yang mendorong perempuan untuk memiliki sisi maskulin dan feminin, feminis radikal kultural menekankan agar perempuan tetap mempertahankan sifat feminin. Menurut feminis radikal kultural, perempuan androgini adalah perempuan yang terjebak dalam sifat-sifat maskulin dan feminin yang diciptakan oleh masyarakat patriarkal.
Salah satu tokoh feminis radikal kultural yang mengkritik model pluralis androgini adalah Mary Daly. Menurut Daly, model androgini kurang tepat karena tidak mengevaluasi kembali konsep maskulinitas dan feminitas. Ia menilai konsep maskulin, termasuk pula konsep feminin yang ada dan berkembang saat ini tidak layak dipertahankan karena seluruhnya adalah produk dari sistem patriarki. Daly mengilustrasikan kondisi yang demikian dengan karya seni dari Jerzy Kosinski. Karya Korsinski mengisahkan tentang seorang penjaga yang mengurung seekor burung, kemudian penjaga tersebut mengecat bulunya dengan warna-warna yang berkilauan. Perempuan, diibaratkan Daly seberti burung yang dilukis, ia kehilangan warna aslinya karena dicat oleh penjaganya. Daly bersikeras bahwa perempuan harus memutuskan sendiri dan secara mandiri untuk menjadi apa dan siapa yang ia inginkan. Dengan menjadi diri sendiri yang menyesuaikan kebutuhan, keinginan, serta kepentingan, perempuan akan mengakhiri peran pria sebagai tuan juga perempuan sebagai budak.
Daly menggantikan ideal orang androgini dengan ideal dari ‘perempuan liar’ yang tinggal di luar maskulinitas dan feminitas. Untuk menjadi utuh seorang perempuan harus menanggalkan identitas palsu – feminitas—yang telah dibangun patriarki untuknya. Kemudian dan hanya setelah itu dia akan menjadi dirinya sendiri yang dia inginkan seandainya dia menjalani hidupnya dalam matriarki daripada patriarki.
Pada dasarnya, feminis radikal adalah salah satu dari sekian banyak aliran feminisme. Layaknya agama, feminisme juga memiliki banyak aliran, mulai dari feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxist, hingga feminisme sosialis. Kehadiran feminisme radikal merupakan bentuk kritik terhadap gerakan feminis liberal (gelombang pertama feminis) yang hanya memperjuangkan kesetaraan pada hak pendidikan, politik, serta representasi perempuan. Sehingga bisa dikatakan feminisme radikal ini adalah feminisme gelombang kedua. Namun pada intinya, semua gerakan feminisme memiliki tujuan yang sama, yakni mengakhiri seksisme, eksploitasi seksis, juga penindasan.
Tong, Rosemarie. 2009. Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction.Colorado: Westview Press.