Gelombang Balik Dinasti Politik

Pasca penerapan desentralisasi dan otonomi daerah, wajah politik lokal di Indonesia didominasi oleh menguatnya elite-elite lokal daerah. Bagi sebagian sarjana, menguatnya elite-elite lokal di daerah menunjukkan bagaimana kemunculan borjuasi lokal, orang kuat daerah, local strongman, atau bahkan oligarki daerah (Buehler, 2012; Sidel, 2005; Lay, 2012; Hadiz, 2010). Dari sekian banyak praktik menguatnya elite politik daerah, salah satu kajian penting terkait demokratisasi di Indonesia ada pada praktik politik dinasti. Pada bahasan mengenainya, praktik politik dinasti di Provinsi Banten menjadi salah satu bahasan yang mendominasi (Effendi, 2018; Sutisna, 2017; Muslim, 2015). Praktik politik dinasti menjadi sorotan dikarenakan prinsip trias politika yang idealnya terdiri dari berbagai kelompok sosial, dikuasai oleh keluarga tertentu, yakni keluarga Chasan Sochib. Relasi keluarga ini memegang eksekutif dan legislatif di Banten, sehingga prinsip pengawasan menjadi sulit dilakukan. Terakhir, jejaring keluarga ini terkena kasus korupsi hingga akhirnya Ratu Atut Chosiah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus suap Pilkada Lebak dan pengadaan alat kesehatan (Detik, 07/09/2022). Pasca Ratu Atut Chosiah masuk penjara, pola dan peta politik dinasti berubah. Dinasti politik tidak lagi terhubung ikatan darah, melainkan kepada menantunya, yakni Airin Rachmi Diany. Sosoknya berhasil memimpin Kota Tangerang Selatan selama dua periode berturut-turut (Tempo, 27/11/2020).

Angin kekuasaan berubah ketika beberapa dinasti di Provinsi Banten mengalami kejatuhan. Pertama, dinasti politik di Kota Serang yang runtuh ketika Vera Nurlaela Jaman yang merupakan istri dari Haerul Jaman, walikota yang telah dua kali menjabat dan tersandung kasus korupsi, kalah dalam Pilwako Serang tahun 2015 (Merdeka, 01/10/2014; Central News, 05/07/2018). Kedua, ketika dinasti politik runtuh di Kota Cilegon, yakni ketika Ratu Ati Marliati yang merupakan kakak kandung Iman Ariyadi, wakil walikota Cilegon yang terkena kasus korupsi 1,5 Milliar, kalah dalam pilkada 2020 (Merdeka, 31/07/2019; Liputan 6, 18/12/2020). Keduanya runtuh dikarenakan kasus korupsi, sebuah sinyal positif, bahwa ketika keluarga dinasti terkena praktik korupsi, maka dinasti politik dapat dimungkinkan ambruk. Pertanyaan yang kemudian terbesit, bagaimana dinasti politik akan merespons tantangan ini? Tulisan singkat ini akan membawa bahasan pada keterkaitan antara konservatisme, dinasti politik, dan pilar-pilar demokrasi.

 

Konservatisme di bagian barat Pulau Jawa

Membicarakan Banten, dalam beberapa hal, sama halnya seperti membicarakan banyak paradoks. Di satu sisi, provinsi ini terkenal sebagai salah satu provinsi dengan destinasi wisata yang cukup ramai, banyak pekerja dari luar negeri yang bekerja di pabrik-pabrik di garis Pantai Anyer. Di Provinsi Banten terdapat banyak pabrik besar, mulai dari Krakatau Steel, Chandra Asri Petrochemical, Dover Chemical dan banyak lagi (Detik Finance, 21/09/2021; CilegonHills, 17/02/2021). Namun tidak jauh dari pabrik-pabrik tersebut, di Kota Serang kita akan menjumpai banyak sekali pondok pesantren. Masih terdapat banyak sekali Kyai kampung yang tidak menggunakan media sosial apapun, sehingga pemberitaan atau perkembangan sosial di luar Banten hanya didapat dari orang-orang di sekitarnya. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu penjelas bagaimana mobilisasi umat Islam dilakukan pada aksi 212 di Jakarta pada tahun 2017 silam (Robi, 19/08/2022).

Pada bagian utara Kota Serang, terdapat masjid tua dengan makam keramat yang banyak didatangi oleh para peziarah. Hampir setiap jam terdapat peziarah yang datang menggunakan mobil atau kendaraan apapun, untuk datang, berdoa, menyumbang, dan pulang. Hampir di setiap sudut masjid agung terdapat kotak sumbangan untuk para peziarah. Menariknya, banyak dari warga yang dengan suka rela menyumbangkan uang untuk berziarah, meski dari segi kelas sosial dapat dikatakan mereka bukan berasal dari kelas sosial yang mampu.[1] Dari aspek sejarah, Kota Serang dan Provinsi Banten secara khusus banyak dianggap sebagai salah satu daerah dengan peradaban yang tinggi di masa lampau. Beberapa ritus sejarah telah coba disusun, namun sayangnya budaya tutur menyulitkan penelusuran yang lebih rinci (Prakarsa, 17/08/2022).

Di bagian Barat daya Provinsi Banten, terdapat Taman Nasional Ujung Kulon, dengan ikon terkenalnya Badak bercula satu. Di bagian selatan Kota Serang terdapat Kabupaten Pandeglang dan Rangkasbitung, tempat Suku Baduy bermukim. Suku Baduy merupakan suku yang dikenal memegang teguh nilai-nilai tradisi, mulai dengan tidak menggunakan kendaraan umum, hingga tidak menggunakan telepon seluler. Secara singkat, Baduy dibagi ke dalam dua wilayah, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Suku Baduy Dalam lebih dikenal sebagai suku yang memegang teguh nilai-nilai tradisi dengan aturan yang ketat, dibandingkan dengan Baduy Luar (Tempo, 09/05/2022).[2]

Hal lain yang menarik di sekitar Kota Serang terdapat banyak makam, mulai dari makam Ki Mas Jong, Ki Agus Ju, makam Nyai Ratu Siti Amiah, Makam Sultan Maulana, dan Makam Sultan Maulana Hasanuddin. Selain banyaknya makam-makam, terdapat pula pondok pesantren yang tersebar, mulai dari Pondok Pesantren Al-Muhaimin, Al-Mubarok, dan Daarul Falah. Hal ini tampak seperti hal yang biasa, namun apabila kita mengacu pada teori-teori sosial, maka keduanya (antara makam dan pesantren) menekankan pada dominasi tokoh-tokoh tertentu. Kuatnya tokoh-tokoh tersebut dalam beberapa hal dapat menjadi penanda bagaimana nilai-nilai lama dipegang.

Apabila kita menggunakan konsepsi generik mengenai konservatisme, maka kita dapat menempatkan konservatisme sebagai sebuah nilai yang berpatokan pada nilai-nilai atau tradisi lama (Britannica, 26/11/2022). Oleh karenanya, konservatisme dapat disebut sebagai sebuah nilai-nilai yang mengacu pada tradisi di wilayah tersebut. Ketika kita membicarakan konservatisme, kita tidak dapat membicarakannya dalam pengertian yang tunggal,[3] namun apabila hendak dipahami dalam pengertian tunggal, maka konservatisme dapat dipahami sebagai keyakinan untuk mengutamakan nilai-nilai lama. Meski masih tentatif, namun kuatnya tradisi, institusi yang memelihara nilai-nilai konservatisme tersebut, serta kehadiran maupun regenerasi tokoh-tokoh turut menjaga nilai-nilai tradisi tersebut. Ketiganya menjadi penjelas sementara, mengapa konservatisme dapat tetap lestari di tanah Banten.

Di samping institusi tradisional tersebut dijaga, terdapat pula kebijakan yang memang mendorong pelestarian institusi tersebut, salah satunya kebijakan melakukan inkorporasi dunia pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan kehidupan pesantren melalui pendidikan Madrasah Diniyah. Salah satu syarat utama agar seorang siswa dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, harus memiliki sertifikat Madrasah Diniyah Takmiliyah (Robi, 17/08/2022). Di Kabupaten Serang, kebijakan ini telah terangkum dalam Peraturan Daerah (Perda) no 7/2020 tentang Madrasah Diniyah Takmiliyah.

Gelombang Balik

Memasuki Provinsi Banten membawa saya pada bayangan wilayah layaknya film Lord of the Ring. Setiap wilayah merepresentasikan sesuatu, apabila pada bagian barat terdapat banyak pabrik, maka pada bagian timur Provinsi Banten justru menjadi salah satu penyangga DKI Jakarta. Kota dan Kabupaten Tangerang menjadi lokasi tempat tinggal banyak warga yang bekerja di DKI Jakarta. Di sana terdapat pula orang Cina Benteng, perkampungan keturunan etnis Tionghoa yang telah ada semenjak tahun 1407 (Kabar Banten, 06/10/2021).[4] Ketika terjadi kerusuhan tahun 1998, tokoh lokal kharismatik seperti Chasan Sochib memiliki peranan penting. Sosoknya dikenal sebagai salah satu sahabat dekat dari Soeharto. Ketika kerusuhan terjadi di DKI Jakarta, banyak warga keturunan Cina yang mencari perlindungan ke Banten, lantas mereka dilindungi oleh sosok Chasan Sochib (Subakti, 17/08/2022; Alyt, 17/08/2022), sebagian lainnya turut berlindung di kawasan Cina Benteng (Subakti, 17/08/2022). Di bagian selatan Kota Serang, terdapat Kabupaten Pandeglang, wilayah yang juga memiliki tokoh kharismatik dan dinasti politik yakni dinasti politik Natakusumah, sedangkan di Lebak terdapat dinasti Jayabaya, dan di Kota Serang terdapat dinasti Ratu Atut (Detik, 24/08/2018).

Struktur konservatisme yang telah diuraikan dalam bagian awal tulisan ini menunjukkan bahwa konservatisme memiliki pilar-pilar utama pelestarinya. Terdapat institusi yang merawat, dan terdapat pula aktor yang melestarikan nilai-nilai konservatisme. Pilar-pilar inilah yang secara kultural dirawat oleh dinasti politik, terutama dengan memberikan insentif-insentif kebijakan (Muhaemin, 18/08/2022). Terdapat satu momen yang menarik ketika saya mengunjungi Kabupaten Pandeglang dan bertemu dengan Eman, seorang editor di Koran Baraya, sekaligus Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Kabupaten Pandeglang. Kami bertemu di kantor pemuda, di sebelah Graha Pancasila Pandeglang. Ketika kami bertemu, terdapat puluhan pengurus RT/RW yang mendukung pengadaan sepeda listrik (Radar Banten, 18/08/2022). Hal ini cukup menggelitik, bahwa selama ini orang melakukan unjuk rasa untuk melakukan protes akan suatu kebijakan, namun dalam konteks ini, orang melakukan unjuk rasa untuk mendukung kebijakan.

Berdasarkan diskusi saya dengan Muhaemin, saat ini politik dinasti telah bertransformasi menuju bentuk yang baru, tidak lagi mencoba untuk menguasai ranah formal pemerintahan dengan menguasai eksekutif maupun legislatif, namun saat ini justru turut membangun relasi kuasa terhadap aktor-aktor masyarakat sipil, seperti media massa ataupun organisasi masyarakat sipil. Salah satu mekanisme kontrol yang dilakukan oleh dinasti politik adalah dengan melakukan kontrol anggaran, mengingat mayoritas media dan masyarakat sipil cenderung bergantung pada dana anggaran APBD (Muhaemin, 18/08/2022). Hal ini tentu berbahaya bagi upaya untuk mendorong kontrol demokrasi yang berasal dari akar rumput. Elite masyarakat sipil seharusnya dapat menjadi aktor yang memiliki posisi penjaga demokrasi terhadap kekuatan dinasti politik, terutama dengan membangun jejaring strategis antarelemen masyarakat sipil (Törnquist, 2009).

Kuatnya pengaruh dinasti politik juga memiliki pengaruh besar bagi tata kelola pemerintahan, salah satunya Walikota Cilegon saat ini yakni Helldy Agustian yang tidak berasal dari dinasti politik. Pada saat observasi dilakukan, terdapat isu kencang yang mengatakan bahwa pemerintahannya tidak dapat bekerja dikarenakan birokrat memiliki loyalitas pada dinasti politik, bukan pada Helldy (Muhaemin, 18/08/2022). Hal ini yang dalam beberapa hal diakui pula terjadi di kalangan pengasuh pondok pesantren, terutama Kyai sepuh, ketika akan memberikan restu politisi dalam pilkada. Restu banyak diberikan kepada dinasti politik, semata untuk memastikan bahwa pemerintahan dapat berjalan (Robi, 19/08/2022).

Upaya dinasti politik untuk menguasai suara akar rumput menjadi satu alarm besar bagi sistem demokrasi. Kekuasaan tidak dapat hanya dikelola melalui institusionalisasi, tetapi perlu untuk diatur dan dievaluasi relasi kuasa di dalamnya. Hegemoni dinasti politik dalam lembaga politik formal pemerintahan dan akar rumput, tidak hanya memundurkan upaya-upaya menciptakan tata pemerintahan yang berimbang, transparan, dan akuntabel, tetapi juga kembali memundurkan upaya memperkokoh posisi warga negara sebagai pemilik daulat. Pasca beberapa dinasti tersungkur akibat kasus korupsi, tampaknya penguasaan kekuatan akar-akar rumput ini dapat menjadi gelombang balik berkuasanya dinasti politik di Provinsi Banten.

 

 

Referensi

Britannica, 26 November 2022, Conservatism, https://www.britannica.com/topic/conservatism

Buehler, M. (2012). Identifying Patterns in the Accumulation and Exercise of Power in post-New Order Indonesia. Pacific Affairs, 85(1), 161-168.

Central News, 5 Juli 2018, Runtuhnya Dinasti Atut Di Pilkada Banten, https://centralnews.co.id/2018/07/05/runtuhnya-dinasti-atut-di-pilkada-banten/

CilegonHills, 17 Februari 2021, Dijuluki Kota Industri, Ini Dia 8 Pabrik di Cilegon Paling Populer, https://cilegonhills.id/dijuluki-kota-industri-ini-dia-8-pabrik-di-cilegon-paling-populer/

Detik Finance, 21 September 2021, Ada Pabrik Baja Canggih di Cilegon, Cuma Ada 2 di Dunia, https://finance.detik.com/industri/d-5733932/ada-pabrik-baja-canggih-di-cilegon-cuma-ada-2-di-dunia.

Detik, 24 September 2018, Seteru 3 Dinasti Politik ke DPR: Jayabaya, Ratu Atut, Natakusumah, https://news.detik.com/berita/d-4225834/seteru-3-dinasti-politik-ke-dpr-jayabaya-ratu-atut-natakusumah.

Detik, 7 September 2022, Kilas Balik Kasus Korupsi dan Suap Ratu Atut Chosiyah hingga Bebas dari Penjara, https://nasional.kompas.com/read/2022/09/07/13522061/kilas-balik-kasus-korupsi-dan-suap-ratu-atut-chosiyah-hingga-bebas-dari.

Effendi, W. R. (2018). Dinasti Politik Dalam Pemerintahan Lokal Studi Kasus Dinasti Kota Banten. Jurnal Trias Politika, 2(2), 233-247.

Hadiz, V. (2010). Localising power in post-authoritarian Indonesia. In Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia. Stanford University Press.

Kabar Banten, 6 Oktober 2021, Mengulik Sejarah Etnis Tionghoa di Tangerang yang Dikenal dengan Sebutan Cina Benteng, https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/pariwisata/pr-592744108/mengulik-sejarah-etnis-tionghoa-di-tangerang-yang-dikenal-dengan-sebutan-cina-benteng

Lay, C. (2012). Democratic transition in local Indonesia: An overview of ten years democracy. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 15(3), 207-219.

Liputan 6, 18 Desember 2020, Tumbangnya Dinasti Kota Cilegon dalam Pilkada 2020, https://www.liputan6.com/regional/read/4435946/tumbangnya-dinasti-kota-cilegon-dalam-pilkada-2020

Merdeka, 1 Oktober 2014, KPK periksa wali kota Serang terkait kasus suap Pilkada Lebak, https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/437266/20141001154243-kpk-periksa-wali-kota-serang-terkait-kasus-suap-pilkada-lebak-004-isn.html

Merdeka, 31 Juli 2019, Kakak Terpidana Korupsi Eks Wali Kota Cilegon Dilantik jadi Wakil Wali Kota Cilegon, https://www.merdeka.com/peristiwa/kakak-terpidana-korupsi-eks-wali-kota-cilegon-dilantik-jadi-wakil-wali-kota-cilegon.html

Muslim, A., Kolopaking, L. M., Dharmawan, A. H., & Soetarto, E. (2015). Dinamika Peran Sosial Politik Ulama dan Jawara di Pandeglang Banten. MIMBAR: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 31(2), 461-474.

Radar Banten, 18 Agustus 2022, Dukung Pengadaan Sepeda Listrik, Puluhan RT/RW Geruduk Gedung Dewan, https://www.radarbanten.co.id/dukung-pengadaan-sepeda-listrik-puluhan-rt-rw-geruduk-gedung-dewan/

Sidel, J. T. (2005). Bossism and democracy in the Philippines, Thailand and Indonesia: towards an alternative framework for the study of ‘local strongmen’. In Politicising democracy (pp. 51-74). Palgrave Macmillan, London.

Sutisna, A. (2017). Gejala proliferasi dinasti politik di Banten era kepemimpinan gubernur Ratu Atut Chosiyah. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 2(2), 100-120.

Tempo, 27 November 2020, 12 Tahun Tangsel, Dua Periode Airin Torehkan Berbagai Prestasi, https://nasional.tempo.co/read/1409316/12-tahun-tangsel-dua-periode-airin-torehkan-berbagai-prestasi

Tempo, 9 Mei 2022, Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar, Bagaimana Cirinya?, https://nasional.tempo.co/read/1589980/perbedaan-suku-baduy-dalam-dan-baduy-luar-bagaimana-cirinya

Törnquist, O., et al (2009). Demokrasi di Atas Pasir: Kemajuan dan Kemunduran Demokratisasi di Indonesia. Power Conflict Democracy Publication

Wawancara pribadi dengan Alyt Prakarsa, Dosen Untirta, 17 Agustus 2022

Wawancara pribadi dengan Emin Adhy Muhaemin, Ketua SMSI Banten, 18 Agustus 2022

Wawancara pribadi dengan Iwan Subakti, Mantan juru foto Chasan Sochib, 17 Agustus 2022

Wawancara pribadi dengan Muhammad Robi, Ketua PCNU Kabupaten Serang, 19 Agustus 2022

[1] Kuatnya pengaruh tokoh terlihat ketika saya melakukan kunjungan ke daerah Banten Lama. Terdapat masjid Agung Banten yang masih berada dalam satu kompleks dengan Keraton Surosowan. Dalam area Masjid Agung Banten, terdapat makam dari Sultan Maulana Yusuf. Ketika kita hendak masuk ke dalam kompleks masjid, terdapat kotak sumbangan besar, untuk menitipkan sandal jepit. Ketika kita ikut berziarah, terdapat lagi sumbangan, pun demikian ketika selesai tahlilan, maupun ketika hendak keluar dari masjid. Terdapat ketaatan terhadap aturan, namun sepertinya ketaatan tersebut bagi sebagian generasi muda hanya sebagai kebiasaan saja, mengingat ketika saya sedang berziarah, anak muda justru tidak ikut berdoa, melainkan bermain game melalui telepon genggamnya.

[2] Perbedaan mendasar antara Baduy luar dan Baduy dalam ada pada menerima atau tidak menerima pengaruh dari luar. Orang Baduy luar masih terbuka terhadap modernisasi, termasuk penggunaan teknologi maupun menerima wisatawan, sedangkan orang Baduy dalam cenderung lebih tertutup dan tidak menerima pengaruh budaya dari luar. Prinsip yang dipegang adalah konsep pikukuh, yakni bahwa aturan ada yang terpenting adalah keapaadannya.

[3] Konservatisme memiliki banyak bentuk, mulai dari nasional konservatisme, konservatisme Kristen, konservatisme kultural, dan banyak bentuk lain. Hal yang perlu untuk menjadi catatan ada pada bagaimana konservatisme sangat sensitif terhadap lokasi. Bahwa nilai-nilai di satu lokasi/tempat, tentu berbeda dengan nilai-nilai di tempat lain. Lihat: Britannica, 26 November 2022, Conservatism, https://www.britannica.com/topic/conservatism

[4] Kedatangan etnis Tionghoa dibawa oleh pemerintah Belanda pada saat itu, terutama untuk kebutuhan VOC mempekerjakan etnis Tionghoa di perkebunan di Tangerang. Pemerintah kolonial menerapkan kebijakan pemukiman khusus imigran Tionghoa yang dipetakan di sekitar Tegal Pasir, tepi Sungai Cisadane. Mengingat tidak adanya perempuan di pemukiman pendatang, maka para imigran ini menikahi perempuan pribumi, terutama dari etnis Sunda dan Betawi. Sejak saat itu telah terjadi pembauran dengan masyarakat setempat (Kabar Banten, 06/10/2021). Oleh karenanya tidak mengherankan apabila terdapat banyak peranakan Tionghoa yang tidak dapat berbicara bahasa mandarin, melainkan justru banyak berbahasa Betawi.

id_IDIndonesian