Menakar Soliditas Dua Kubu

Masa kampanye Pilpres 2019 akan segera dimulai pada 23 September 2018 mendatang. Dua pasang calon yang berkontestasi, baik kubu Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandi telah menyusun tim kampanye. Pasangan Jokowi-Ma’aruf mendaulat Erick Thohir (pengusaha) sebagai ketua tim Kampanye Nasional (TKN) sedangkan Prabowo-Sandi mendaulat Djoko Santoso (Mantan Panglima TNI). Penunjukkan ini tentu mempunyai pertimbangan tersendiri bagi masing-masing kubu.

Lantas, bagaimana kedua sosok ini akan mewarnai dua tim sukses yang sedang berkontestasi? Apa saja yang menjadi tantangan dari kedua tim sukses ini? Apakah soliditas koalisi partai juga menjadi tantangan tersendiri bagi tim sukses dengan besar kecilnya tim koalisi yang terbentuk? Populi Center mengadakan Forum Populi dengan tema “Menakar Soliditas Dua Kubu” pada Jumat, 15 September 2018. Dalam edisi kali ini, Forum Populi menghadirkan pembicara Willy Aditya (Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPP Partai Nasdem) dan Andre Rosiade (Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra). Willy Aditya mengatakan, dalam tubuh pemenangan Jokowi-Ma’ruf sendiri orientasinya adalah eksekutif dan legislatif.

Pada satu sisi partai memenangkan pilpres, dan pada sisi lain partai juga memenangkan legislatif. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu strategi kampanye yang diusung Jokowi-Ma’ruf. Lebih lanjut, Willy bilang, yang dijual dalam suatu proses pemenangan adalah figur kandidat baik itu dalam pilpres ataupun pilkada. Kandidat adalah faktor yang menentukan dan tim pemenangan adalah faktor yang mempengaruhi. Dari sisi influencer, karena pilpres dan pileg bersamaan maka peran partai menjadi signifikan. Menurutnya, dirinya menawarkan bagaiman`a Jokowi bisa melakukan konsolidasi dengan kandidat partainya yang mencapai sekitar 20.400 untuk menjadi ujung tombak. Ketika mereka turun untuk berkontestasi dalam pemilihan legislatif maka mereka juga sekaligus melakukan kampanye terhadap Jokowi-Ma’ruf. “Ini sebuah keniscayaan juga. Jadi ada dua agenda besar. Ini memang ada kompetisi tapi di sisi lain saling bekerja sama,” ujar Willy. Yang butuh dilakukan oleh Jokowi-Ma’ruf adalah diaspora tim. Tidak boleh hanya bekerja pada proses tim kampanye berdasarkan koalisi partai. Harus ada sebanyak mungkin tim yang mampu di setiap elemen, unit, dan wilayah.

Peran partai hanya sebatas membangun political blocking. Tim inilah yang kemudian menjadi hal yang paling substansi dalam mengkampanyekan Jokowi. Andre Rosiade mengakui, soliditas koalisi lima partai termasuk solid dalam memenangkan Prabowo-Sandi. Hadirnya Djoko Santoso sebagai Ketua Pemenangan hingga saat ini menjadi pemicu tim bekerja secara efektif. Hal ini, menurutnya, bisa terlihat dari adanya penemuan Daftar Pemilih Tetap (DPT) ganda yang diduga menjadi salah satu penyebab kekalahan Prabowo pada 2014 lalu. Sekarang ini, timnya sedang melakukan konsolidasi agar mesin partai dapat bekerja secara efektif.

Kondisi inilah yang kemudian membuat belum rampungnya pembahasan tim sukses hingga sekarang. Menurut Andre, timnya sendiri menghadapi berbagai tantangan dalam proses pilpres, mulai dari isu kardus hingga isu dua kaki.  Beragam isu ini yang kemudian membuat timnya bergerak untuk menunjukkan soliditas. Adanya kepala daerah dari Partai Demokrat koalisinya yang mendukung Jokowi, imbuhnya, merupakan bagian dari strategi politik. “Kepala daerah yang dukung Jokowi itu banyak di berbagai media tersangkut masalah hukum. (Gubernur Papua) Lukas Enembe tersangkut masalah hukum,” tuturnya.

@ Populi Center 2021

id_IDIndonesian